
Sains Indonesia – , Jakarta – Siapa sangka, hanya dengan berjoget di ujung perahu, seorang bocah dari Riau berhasil menggemparkan dunia maya hingga klub sepak bola raksasa sekelas Paris Saint-Germain (PSG) pun ikut terjangkit demamnya? Fenomena Pacu Jalur yang mendadak viral di media sosial ini menunjukkan bagaimana kearifan lokal bisa jadi magnet global! Video aksi Pacu Jalur yang memperlihatkan energi luar biasa bocah penari itu direka ulang berbagai kalangan, bahkan akun-akun dengan follower besar turut meramaikan tren viral ini di kancah internasional.
Gaya berjoget bocah yang merayakan Pacu Jalur di Riau ini disebut-sebut netizen sebagai “aura farming”. Meski bukan istilah formal, “aura farming” ini didefinisikan sebagai gaya yang memikat, unik, dan dianggap keren bagi banyak kalangan. Kepercayaan diri bocah saat berjoget dipandang begitu karismatik dan lucu, sehingga tak heran jika orang-orang berinisiatif untuk mengikuti gerakan simpel namun memukau tersebut.
Mudahnya gerakan ini menjadikan banyak orang meniru dan membuat Pacu Jalur kian dikenal di seluruh penjuru dunia. Bayangkan, klub sebesar PSG melalui akun TikTok mereka ikut serta mempopulerkan tren viral ini! Anggota pesepak bola klub top Eropa itu bahkan diklaim meniru gaya dari bocah penari Pacu Jalur tersebut. Ini membuktikan, inspirasi bisa datang dari mana saja, bahkan dari sebuah tradisi di pelosok Indonesia.
Namun, di balik kegempakan global ini, Pacu Jalur menyimpan makna dan sejarah yang dalam. Menurut situs daring kuansing.go.id, Pacu Jalur merupakan pesta rakyat yang dirayakan oleh masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi di Riau. Dahulu pada awal abad ke-17, daerah di sepanjang Sungai Kuantan, yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu hingga Kecamatan Cerenti bagian hilir, adalah jalur transportasi utama karena belum tersedianya akses darat.
Jalur (perahu panjang) ini digunakan untuk mengangkut hasil bumi seperti pisang dan tebu, dan bahkan bisa memuat sekitar 40-60 orang. Karena seringnya pelayaran di aliran sungai ini, masyarakat kala itu menghiasi jalur mereka dengan ukiran indah, menunjukkan kekayaan budaya dan seni.
Kurang lebih 100 tahun kemudian, warga memiliki ide cemerlang untuk mengadakan lomba adu kecepatan antar jalur. Lomba beradu kecepatan ini terus dilaksanakan hingga saat ini dan dikenal sebagai Pacu Jalur, sebuah festival dayung tradisional yang megah dan penuh semangat.
Dari sebuah tradisi lokal di Sungai Kuantan yang mengangkut hasil bumi, kini Pacu Jalur telah menjadi fenomena global berkat sentuhan digital dan energi luar biasa seorang bocah. Ini adalah bukti nyata bagaimana budaya Indonesia memiliki daya tarik yang tak terbatas. Sebuah festival tradisional yang mampu menyatukan tawa, kagum, dan bahkan gerakan tarian yang digandrungi selebriti dunia. Kira-kira gerakan “aura farming” mana lagi ya yang bakal jadi tren dunia dan membuat kita bangga dengan kebudayaan lokal? Yuk, bagikan pendapatmu di kolom komentar dan jangan lupa sebarkan cerita inspiratif ini agar semakin banyak yang tahu tentang keunikan Pacu Jalur!
SHAVNA DEWATI SETIAWAN









Leave a Comment