
YERUSALEM, KOMPAS.com – Israel dengan tegas menolak kritik dari para pemimpin dunia setelah kabinet keamanan menyetujui rencana untuk menguasai Kota Gaza.
Melansir BBC pada Sabtu (9/8/2025), Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan negara-negara yang mengutuk Israel dan mengancam dengan sanksi “tidak akan melemahkan tekad kami”.
“Musuh-musuh kami akan menemukan kami sebagai satu kekuatan yang kuat dan bersatu yang akan memukul mereka dengan kekuatan besar,” tambahnya.
Baca juga: Sejumlah Negara Desak Israel Batalkan Rencana Kendalikan Gaza
Keputusan Israel untuk memperluas perang di Gaza memicu kecaman dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan beberapa negara termasuk Inggris, Perancis, dan Kanada.
Lalu, Jerman menerima desakan untuk menghentikan ekspor senjata ke Israel.
Apa yang disetujui oleh kabinet keamanan Israel?
Rencana yang disetujui oleh kabinet keamanan Israel mencakup lima perkara, yaitu melucuti senjata Hamas, memulangkan semua sandera, demiliterisasi di Jalur Gaza, mengambil alih kendali keamanan wilayah tersebut, dan membentuk “pemerintah sipil alternatif yang bukan Hamas maupun Otoritas Palestina”.
Laporan media Israel mengatakan rencana tersebut awalnya fokus untuk mengambil kendali penuh atas Kota Gaza, memindahkan sekitar satu juta penduduknya ke selatan yang lebih jauh.
Pasukan juga akan menguasai kamp-kamp pengungsi di Gaza tengah dan wilayah di mana sandera diduga ditahan.
Serangan kedua akan dilakukan beberapa minggu kemudian seiring dengan peningkatan bantuan kemanusiaan, kata media tersebut.
Langkah untuk meningkatkan konflik ini telah ditentang keras oleh beberapa pihak di Israel, termasuk dari pejabat militer dan keluarga sandera yang ditahan di Gaza.
Hamas mengatakan bahwa rencana untuk menduduki Kota Gaza “merupakan kejahatan perang baru” dan akan “membuat (Israel) menanggung akibatnya.”
Baca juga: Jerman Hentikan Ekspor Senjata ke Israel yang Dapat Digunakan di Gaza
Negara-negara yang telah mengkritik Israel
Pada Jumat (8/8/2025), menteri luar negeri dari Inggris, Jerman, Italia, Selandia Baru, dan Australia merilis pernyataan bersama yang menentang rencana Israel untuk menduduki Kota Gaza.
Mereka mengatakan bahwa rencana tersebut akan memperburuk situasi yang sudah menghancurkan di Gaza.
“Setiap upaya aneksasi atau perluasan pemukiman melanggar hukum internasional,” tambah mereka.
Adapun reaksi penolakan lainnya dari sejumlah negara.
Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer menyebut langkah Israel ini “salah”, mengatakan itu hanya akan “membawa lebih banyak pertumpahan darah.”
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mendesak Israel “untuk tidak menempuh jalur ini”, mengatakan itu hanya akan “memperburuk bencana kemanusiaan di Gaza.”
Baca juga: Dunia Beraksi Keras, Kecam Rencana Israel Kuasai Gaza
Kementerian luar negeri Turki mendesak masyarakat internasional untuk mencegah rencana Israel yang bertujuan “mengusir paksa warga Palestina dari tanah mereka sendiri.”
Di China, juru bicara kementerian luar negeri mengatakan kepada AFP, “Gaza adalah milik rakyat Palestina dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah Palestina.”
Kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk memperingatkan bahwa eskalasi lebih lanjut akan “mengakibatkan lebih banyak pengungsian paksa, lebih banyak pembunuhan, lebih banyak penderitaan yang tak tertahankan, penghancuran yang sia-sia, dan kejahatan kekejaman.”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Kanselir Jerman Friedrich Merz bahwa dia kecewa dengan keputusan Berlin untuk menghentikan ekspor senjata ke Israel.
Netanyahu mengatakan langkah Jerman itu seperti “memberikan hadiah kepada Hamas.”
Di Israel sendiri, keluarga para sandera yang tersisa di Gaza telah memperingatkan bahwa nyawa 20 orang yang diyakini selamat akan berada dalam bahaya, jika aneksasi dilakukan.
Markas Besar Forum Keluarga Sandera mengatakan keputusan pemerintah Israel itu mengarah “pada bencana besar bagi para sandera dan tentara kita”.
Baca juga: Terkait Kendali Penuh Israel di Gaza, PM Inggris: Akan Banyak Pertumpahan Darah
Sementara itu, sekutu utama Israel, Amerika Serikat (AS) tampak pasif.
Pada Selasa (5/8/2025), Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa “sebagian besar tergantung pada Israel” apakah akan menduduki Jalur Gaza sepenuhnya.
IDF saat ini menguasai sekitar tiga perempat wilayah Gaza, dan hampir seluruh dari 2,1 juta warganya berada di seperempat wilayah yang tidak dikuasai militer.
PBB memperkirakan sekitar 87 persen wilayah Gaza sekarang berada di zona militer atau berada di bawah perintah evakuasi.
Ada wilayah di Gaza tengah dan sepanjang pantai Mediterania yang tidak diduduki Israel, menurut PBB.
Ini termasuk kamp-kamp pengungsi, tempat sebagian besar penduduk Gaza sekarang tinggal setelah rumah mereka dihancurkan oleh militer Israel.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menandai Juli sebagai bulan terburuk untuk kasus kekurangan gizi akut pada anak-anak di Gaza, yang mana hampir 12 ribu anak di bawah usia lima tahun yang mengalaminya.
Kondisi hari ini dimulai setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang di Gaza.
Israel melancarkan serangan militer besar-besaran sebagai balasannya, yang telah menewaskan sedikitnya 61.158 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Baca juga: Gaza Krisis Kain Kafan, Korban Terus Berguguran Saat Cari Bantuan









Leave a Comment