Siapakah Dmitry Medvedev yang Memprovokasi Donald Trump

Admin Utama

August 3, 2025

4
Min Read

TERUNGKAP! Eks Presiden Rusia Ini Bikin Trump Panas Dingin, Kapal Selam Nuklir Sampai Bergerak: Siapa Sebenarnya Medvedev?

Gejolak baru antara Amerika Serikat dan Rusia kini mencapai puncaknya! Mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, baru-baru ini membuat geger jagat maya dengan pernyataan super kontroversial yang langsung bikin Presiden Amerika Serikat Donald Trump geram. Tak tanggung-tanggung, Trump bahkan menyebut komentar Medvedev sangat provokatif dan langsung mengambil langkah ekstrem.

Bayangkan saja, pada Jumat, 1 Agustus 2025, Trump mengumumkan perintah pemindahan dua kapal selam nuklir Amerika Serikat ke wilayah yang strategis sebagai respons atas ‘ancaman’ Medvedev! Trump bahkan tak segan melabeli Medvedev sebagai mantan presiden yang gagal dan memperingatkannya agar “hati-hati dalam berbicara.” Wow, ketegangan ini benar-benar bikin dunia menahan napas!

Lantas, siapa sebenarnya sosok Dmitry Medvedev ini? Kenapa komentarnya bisa sebegitu dahsyat sampai memicu reaksi keras dari seorang Donald Trump, bahkan sampai melibatkan aset nuklir?

Dari Leningrad ke Lingkaran Dalam Putin

Mari kita selami latar belakang pria yang kini menjadi sorotan dunia ini. Dmitry Anatolyevich Medvedev lahir pada 14 September 1965 di Leningrad, atau yang sekarang kita kenal sebagai St. Petersburg, Rusia. Ia bukan orang sembarangan. Medvedev adalah lulusan Fakultas Hukum Universitas Negeri Leningrad dan bahkan menyandang gelar PhD dalam hukum. Sebelum terjun ke kancah politik, ia sempat menjadi dosen di almamaternya selama hampir satu dekade.

Karier politiknya mulai melesat saat ia bekerja sebagai penasihat hukum untuk wali kota St. Petersburg, Anatoly Sobchak. Nah, perlu dicatat, Sobchak ini adalah sosok penting yang juga berjasa mendorong Vladimir Putin dalam perjalanan politiknya. Jadi, tidak heran jika Medvedev kemudian menjadi bagian dari lingkaran dalam Putin sejak akhir 1990-an.

Sang Presiden Liberal dalam Bayangan Putin

Selama bertahun-tahun, Medvedev memegang berbagai posisi strategis yang menunjukkan kedekatannya dengan Putin. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Direksi Gazprom, Kepala Staf Kepresidenan, dan Wakil Perdana Menteri. Puncaknya terjadi pada tahun 2008, ketika ia ditunjuk langsung oleh Putin sebagai calon presiden dan berhasil terpilih.

Masa jabatannya sebagai Presiden Rusia (2008–2012) seringkali disebut sebagai periode yang relatif lebih liberal dan terbuka dibandingkan era Putin. Slogan terkenalnya, “Kebebasan lebih baik daripada tidak ada kebebasan,” mencerminkan visinya untuk mendorong reformasi dan modernisasi di Rusia. Medvedev aktif mendorong Rusia bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), serta mencanangkan reformasi hukum dan digitalisasi pemerintahan.

Namun, di balik semua itu, hubungan kekuasaan antara Medvedev dan Putin selalu menjadi misteri. Banyak pengamat menilai bahwa meskipun Medvedev menjabat sebagai presiden, kekuasaan sesungguhnya tetap berada di tangan Putin, yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri. Ketika masa jabatannya hampir usai, Medvedev tanpa ragu mengumumkan tidak akan mencalonkan diri lagi dan membuka jalan bagi Putin untuk kembali menduduki kursi kepresidenan pada tahun 2012. Sebagai gantinya, Medvedev dilantik sebagai Perdana Menteri.

Transformasi Jadi Hardliner yang Bikin Gentar

Setelah meninggalkan kursi perdana menteri pada tahun 2020, Medvedev ditunjuk sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Nasional Rusia, sebuah lembaga yang diketuai langsung oleh Putin. Namun, perubahan paling mencolok pada dirinya terjadi sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022. Dari seorang politisi yang dianggap moderat, Dmitry Medvedev bertransformasi menjadi juru bicara Kremlin yang kerap melontarkan ancaman keras, termasuk soal potensi penggunaan senjata nuklir.

Komentar-komentarnya di media sosial seringkali mengecam negara-negara Barat dan memperingatkan tentang potensi perang global. Tak sedikit yang berpendapat, gaya komunikasinya yang kini lebih provokatif ini sengaja ditujukan untuk menarik simpati kalangan konservatif dan militeris di dalam negeri, sekaligus membuktikan loyalitasnya yang tak tergoyahkan kepada Putin.

Kini, ancaman terbarunya terhadap Amerika Serikat dan respons keras dari Donald Trump menjadi bukti nyata bahwa retorika Medvedev bukan lagi sekadar gertakan domestik. Ini berpotensi memicu ketegangan internasional yang jauh lebih serius dan membahayakan stabilitas dunia.

Kesimpulan: Api Geopolitik yang Kian Membara

Dari seorang presiden yang dikenal liberal hingga menjadi juru bicara Kremlin yang melontarkan ancaman nuklir, perjalanan karier Dmitry Medvedev sungguh penuh liku dan ironi. Perannya yang kian vokal dan provokatif, ditambah respons cepat dan tegas dari Donald Trump yang menggerakkan armada kapal selam nuklir, menunjukkan bahwa hubungan antara Amerika Serikat dan Rusia sedang berada di titik didih. Ini bukan lagi sekadar perang kata-kata, melainkan sinyal bahaya yang nyata dalam geopolitik global.

Bagaimana menurut Anda, apakah ketegangan ini akan terus memanas? Apakah Medvedev benar-benar ‘gagal’ seperti yang dituding Trump, ataukah ini hanyalah bagian dari permainan politik kelas kakap? Yuk, bagikan pandangan Anda di kolom komentar dan bantu sebarkan artikel ini agar lebih banyak lagi yang memahami dinamika hubungan internasional yang krusial ini!

Leave a Comment

Related Post