Prajurit TNI yang Meninggal Akibat Dianiaya Senior Dimakamkan secara Militer

Admin Utama

August 9, 2025

3
Min Read

Duka mendalam menyelimuti Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, saat seorang prajurit muda, Prada Lucky Chepril Saprutra Namo, harus kembali ke haribaan-Nya. Ironisnya, bukan karena tugas negara di medan berat, melainkan diduga akibat penganiayaan keji oleh seniornya sendiri. Pemakaman militer yang penuh haru pada Sabtu, 9 Agustus 2025, di Tempat Pemakaman Umum Kapadala, menjadi saksi bisu betapa kematian tragis ini telah merobek hati ribuan pelayat dan menyisakan jeritan pilu keluarga yang menuntut keadilan.

Suasana duka tak tertahankan menyelimuti lokasi pemakaman. Selama kurang lebih dua jam, ibadah yang dipenuhi isak tangis mengiringi kepergian Prada Lucky. Tangis pilu keluarga menggema memilukan, terutama sang ibu, Sepriana Paulina Mirpey. “Mama belum terima nak, mama tidak terima kamu pergi seperti ini,” rintihnya berulang kali, mencerminkan hancurnya hati seorang ibu yang tak rela putranya meninggal dunia dengan cara tak wajar. Kepergian Prada Lucky ini memicu banyak pertanyaan tentang kekerasan di dalam institusi militer.

Sekitar 30 menit setelah ibadah keluarga, upacara penyerahan jenazah secara kedinasan pun dilaksanakan di depan rumah duka, dipimpin oleh Kas Brigif Letkol Bayu Sigit Dwi Untorodi. Tembakan salvo yang menggema dari sejumlah prajurit TNI dari Kodim Kupang dan Brigif Komodo menjadi penghormatan terakhir bagi Prada Lucky, sebuah momen yang mestinya dipenuhi kebanggaan, namun kini diselimuti kesedihan mendalam dan misteri di balik kematiannya.

Namun, di tengah duka tersebut, sebuah tekad kuat terpancar dari Sersan Mayor Christian Namo, ayah almarhum. Ia menegaskan bahwa meskipun putranya telah dimakamkan, proses hukum terhadap para pelaku penganiayaan harus tetap berjalan dan diungkap tuntas. “Kami ingin ini diungkap seadil-adilnya, kami ingin para pelaku dihukum sesuai dengan aturan yang berlaku,” ujarnya, menyuarakan tuntutan yang menjadi harapan banyak pihak untuk keadilan bagi Prada Lucky.

Kekalutan dan emosi Christian Namo bahkan sudah terlihat memuncak sejak jenazah anaknya tiba di Kupang pada Kamis, 7 Agustus 2025. Kemarahannya semakin menjadi-jadi saat dua rumah sakit di Kupang menolak melakukan autopsi pada jenazah putranya. Dalam keputusasaan dan amarah yang tak terkendali, ia bahkan sempat menyuarakan nama Prabowo Subianto, meminta keadilan tertinggi agar kasus kematian anaknya yang tragis ini tidak ditutup-tutupi. Insiden penolakan autopsi ini menambah daftar panjang kejanggalan dalam kasus yang memilukan ini.

Kematian Prada Lucky Chepril Saprutra Namo adalah pengingat keras bahwa keadilan harus ditegakkan, tanpa pandang bulu, bahkan di dalam institusi yang paling dihormati sekalipun. Keluarga berharap agar semua pihak terkait dapat membantu mengungkap kebenaran dan menghukum pelaku sesuai hukum yang berlaku. Jangan sampai kasus tragis ini hanya menjadi deretan angka statistik tanpa penyelesaian yang adil.

Bagaimana menurut Anda, apakah keadilan akan benar-benar terwujud bagi Prada Lucky? Mari suarakan opini Anda di kolom komentar dan bagikan artikel ini agar kasus ini mendapat perhatian seluas-luasnya!

Leave a Comment

Related Post