TEHERAN, KOMPAS.com – Dunia dibuat terperangah! Hanya selang beberapa jam setelah kesepakatan gencatan senjata yang mengejutkan, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei secara sensasional mengklaim kemenangan telak atas Israel setelah 12 hari pertempuran sengit. Klaim yang mengguncang banyak pihak ini disampaikannya langsung melalui media sosial X. Benarkah Iran berhasil menundukkan ‘rezim Zionis‘?
Dalam unggahannya yang provokatif, Khamenei tak hanya mengucapkan selamat atas ‘kemenangan‘ tersebut, tapi juga sesumbar bahwa Israel telah ‘hancur lebur’ digempur serangan Iran. Tak cukup sampai di situ, ia bahkan menyebut Iran juga menang atas Amerika Serikat (AS), yang menurutnya ikut campur tangan dalam konflik karena panik melihat Israel di ambang kehancuran. “AS terjun ke dalam perang dalam upaya menyelamatkan rezim itu, tetapi tidak mencapai apa pun,” tegas Khamenei.
Bahkan, ia sesumbar bahwa Iran berhasil menyerang dan menimbulkan kerusakan signifikan di Pangkalan Udara Al-Udeid di Qatar, salah satu pangkalan utama AS di wilayah tersebut. Sebuah peringatan tersirat pun dilontarkan: “Fakta bahwa Iran memiliki akses ke pusat-pusat utama AS di kawasan itu dan dapat mengambil tindakan kapan pun dianggap perlu merupakan masalah yang signifikan. Tindakan seperti itu dapat diulangi di masa mendatang. Jika terjadi agresi, musuh pasti akan membayar harga yang mahal,” tutur Khamenei.
Namun, tak semua pihak percaya dengan narasi kemenangan Iran. Seorang pensiunan kolonel Israel, Uri Dromi, dengan tegas membantah klaim tersebut. “Saya tidak percaya saya benar-benar mendengarnya,” ujar mantan juru bicara pemerintah Israel di era 90-an ini kepada Al Jazeera. Ia bahkan meragukan bahwa ada satu pun warga Iran yang waras akan mempercayai klaim tersebut, apalagi dengan pesawat-pesawat tempur Israel yang masih bebas berkeliaran di atas wilayah Iran.
Perang Iran-Israel
Perang panas antara Iran dan Israel sejatinya dimulai pada 13 Juni, ketika Israel melancarkan serangan udara besar-besaran. Kala itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu beralasan serangan tersebut bertujuan untuk melumpuhkan program senjata nuklir Iran. Akibat serangan awal ini, beberapa perwira tinggi militer dan ilmuwan nuklir Iran dilaporkan tewas. Tentu saja, Iran tak tinggal diam dan langsung membalas dengan rentetan serangan rudal mematikan.
Selama lebih dari sepekan, kedua belah pihak saling ‘jual-beli’ serangan, menimbulkan korban jiwa di kedua sisi. Situasi semakin memanas ketika Amerika Serikat ikut campur, melancarkan serangan udara pada Minggu (22/6/2025) dini hari ke tiga situs nuklir Iran. Presiden AS Donald Trump bahkan sempat mengancam akan menyerang Iran lebih kuat jika mereka tidak segera menyerah.
Namun, di tengah ketegangan yang memuncak itu, sebuah kabar mengejutkan datang pada Selasa (24/6/2025): Trump mengumumkan bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata, yang kemudian dikonfirmasi oleh Iran dan Israel.
Jadi, di tengah klaim kemenangan sensasional dari Pemimpin Tertinggi Iran dan bantahan keras dari pihak Israel, pertanyaan besarnya adalah: siapa sebenarnya yang berhasil mencapai tujuannya dalam konflik 12 hari yang menguras energi ini? Apakah ini benar-benar kemenangan mutlak bagi Iran, atau hanya sebuah narasi yang dibangun untuk konsumsi publik? Atau justru gencatan senjata adalah cara kedua belah pihak untuk ‘menyelamatkan muka’ dari perang yang tak berujung? Bagikan pendapatmu di kolom komentar dan bantu sebarkan berita penting ini agar lebih banyak orang memahami dinamika konflik yang kompleks ini!









Leave a Comment