Sebuah ultimatum mengejutkan baru saja dilontarkan Donald Trump kepada Iran: menyerah tanpa syarat! Lewat postingan di media sosial, mantan Presiden AS itu tak main-main, memperingatkan bahwa kesabaran Amerika Serikat terhadap Teheran kini semakin menipis.
Meskipun Trump mengklaim belum ada niat untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, desakan untuk menyerah ini jelas memperlihatkan sikap super agresif AS. Dalam postingan di Truth Social yang menghebohkan, Trump dengan gamblang menyatakan, “Kami tahu persis di mana yang disebut ‘Pemimpin Tertinggi’ itu bersembunyi.” Dia melanjutkan dengan nada mengancam, “Kami tidak akan menghabisinya (membunuh!), setidaknya tidak untuk saat ini. Kesabaran kami semakin tipis.” Seolah belum cukup, hanya berselang tiga menit, Trump kembali membanjiri Truth Social dengan seruan yang tak kalah menggelegar: “MENYERAH TANPA SYARAT!”
Namun, pernyataan Trump yang kerap kontradiktif dan samar mengenai konflik Iran dan Israel justru semakin menyelimuti isu ini dengan ketidakpastian. Kabar internal menyebutkan, Trump dan timnya tengah serius mempertimbangkan berbagai opsi ekstrem. Salah satunya yang paling mengejutkan: bergabung dengan Israel untuk menghantam fasilitas nuklir Iran.
Tak hanya bicara di media sosial, di balik layar, aktivitas diplomatik dan militer pun memanas. Pejabat Gedung Putih mengonfirmasi, Trump telah menelepon Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Selasa (17/6). Di hari yang sama, ia juga menggelar pertemuan intens selama 90 menit dengan Dewan Keamanan Nasional untuk membahas mendalam konflik Iran dan Israel, meski detailnya masih dirahasiakan. Sementara itu, AS juga dilaporkan terus memperkuat kehadiran militernya di Timur Tengah. Lebih banyak jet tempur dikerahkan, dan pengerahan jet tempur lainnya diperluas. Sejauh ini, tindakan AS masih bersifat tidak langsung, seperti membantu Israel menembak jatuh rudal yang menargetkan mereka.
Di sisi lain, laporan intelijen AS mengungkap pergerakan mencurigakan: Iran dilaporkan telah memindahkan beberapa peluncur rudal balistik. Pertanyaannya, siapa targetnya? Pasukan AS ataukah Israel? Masih belum bisa dipastikan. Ketegangan di lapangan juga tak mereda. Memasuki hari keenam perang, Iran dan Israel masih saling serang tanpa henti. Militer Israel mengonfirmasi, dua rentetan rudal Iran menghantam Israel pada dini hari Rabu (18/6), dan ledakannya bahkan terdengar hingga ke seluruh Tel Aviv. Tak hanya itu, Israel bahkan menyerukan warga sipil di selatan Teheran untuk mengungsi, sinyal kuat bahwa angkatan udaranya bersiap menyerang fasilitas militer Iran. Situs berita Iran sendiri melaporkan, Israel telah menargetkan sebuah universitas yang terafiliasi dengan Garda Revolusi Iran di timur ibu kota.
Situasi antara AS, Iran, dan Israel kini di ambang ketidakpastian yang lebih besar. Dengan ultimatum Trump, manuver militer yang kian agresif, dan serangan balasan yang terus berlanjut, dunia seolah menahan napas menunggu langkah selanjutnya. Akankah konflik Timur Tengah ini meledak lebih dahsyat? Atau mampukah diplomasi meredakan tensi yang kian memuncak? Bagaimana pendapat Anda tentang desakan Trump ini? Apakah ini strategi jitu atau malah memperkeruh suasana? Bagikan pemikiran Anda di kolom komentar dan jangan lupa bagikan artikel ini agar lebih banyak yang tahu!









Leave a Comment