
WASHINGTON, KOMPAS.com — Geger! Donald Trump kembali bikin dunia dagang ketar-ketir. Presiden Amerika Serikat (AS) ini baru saja melayangkan ultimatum keras: negara-negara mitra dagang AS diberi tenggat waktu hingga awal Agustus 2025 untuk menyepakati perjanjian tarif baru. Jika tidak? Siap-siap saja, bea masuk yang lebih tinggi bakal menanti mulai 1 Agustus 2025! Ini bukan main-main, lho, ini adalah gebrakan besar setelah masa jeda 90 hari yang sempat diberikan sejak April lalu berakhir.
Kabar ini langsung jadi sorotan utama! Menurut laporan dari CBS News, Minggu (6/7/2025), Trump bakal mengirimkan puluhan surat peringatan. Isinya? Intinya sama: tarif impor akan melonjak tajam jika tidak ada kesepakatan yang tercapai sebelum Rabu (9/7/2025). “Kami memperkirakan akan mengirim sekitar 15 surat mulai Senin,” kata Trump. “Sebagian negara sudah membuat kesepakatan, sebagian lainnya akan menerima surat.”
Bahkan, saking seriusnya, Trump sampai mengunggahnya di media sosial Truth Social miliknya. Ia menulis, “Surat dan/atau kesepakatan dengan berbagai negara akan mulai dikirimkan mulai pukul 12 siang waktu setempat hari Senin.” Tak hanya itu, Trump juga blak-blakan mengancam bahwa negara mana pun yang “bersekutu dengan kebijakan anti-Amerika seperti BRICS” akan langsung dikenai tarif tambahan sebesar 10 persen, tanpa pandang bulu! Tapi memang, sampai sekarang, Trump belum merinci indikator apa yang persisnya akan memicu penerapan tarif tambahan ini pada negara-negara BRICS.
Ancaman Tarif Bisa Melonjak Hingga 50 Persen!
Sejak awal tahun, Trump memang sudah mengumumkan rencana untuk menaikkan tarif dasar sebesar 10 persen pada hampir semua negara, dengan potensi kenaikan gila-gilaan hingga 50 persen untuk negara-negara tertentu. Setelah sempat ditangguhkan, kini pemerintah AS benar-benar bersiap untuk menerapkannya mulai Agustus 2025.
Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, membenarkan bahwa tarif baru ini akan resmi berlaku pada 1 Agustus 2025 bagi negara-negara yang gagal mencapai kesepakatan hingga tenggat waktu yang ditentukan. “Kami sedang menetapkan tarif dan perjanjian saat ini, tapi pemberlakuan resminya dimulai 1 Agustus,” ujarnya tegas.
Fokus Utama: Negara dengan Defisit Perdagangan Terbesar
Meskipun sekitar 100 surat peringatan akan dikirimkan ke negara-negara dengan hubungan dagang yang lebih kecil, menurut Menteri Keuangan AS Scott Bessent, fokus utama pemerintah AS sebenarnya adalah pada 18 mitra dagang besar yang menyumbang sekitar 95 persen dari defisit perdagangan AS. “Presiden Trump akan mengirimkan surat kepada negara-negara yang belum menunjukkan kemajuan, memberitahukan bahwa tarif mereka akan kembali ke tingkat yang diumumkan pada 2 April jika tidak ada kesepakatan hingga 1 Agustus,” kata Bessent.
Namun, Bessent sendiri menolak untuk menyebut 1 Agustus sebagai batas waktu yang mutlak dan tak bisa diganggu gugat. “Kita lihat saja nanti,” katanya, memberi sedikit celah. Kepala Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett, menambahkan bahwa masih ada ruang untuk negosiasi. “Negara-negara yang menunjukkan itikad baik mungkin bisa mendapat kelonggaran waktu,” katanya kepada CBS. Jadi, masih ada harapan bagi mereka yang serius bernegosiasi.
Siapa yang Sudah Aman? Vietnam & Kanada Sedang dalam Proses
Di tengah kegelisahan global ini, Vietnam menjadi salah satu negara yang sudah berhasil mencapai kesepakatan dagang dengan AS. Berdasarkan perjanjian baru, AS akan mengenakan tarif sebesar 20 persen atas barang impor dari Vietnam, yang notabene sudah turun drastis dari rencana semula sebesar 46 persen. Namun, untuk praktik transshipment—pengiriman barang dari negara ketiga—tarifnya tetap tinggi di angka 40 persen. Sebagai gantinya, Trump menyatakan bahwa pasar Vietnam akan dibuka lebar bagi produk-produk AS dengan tarif nol persen. Wow!
Lalu bagaimana dengan negara tetangga AS? Kanada rupanya tidak akan menerima surat peringatan. Mengapa? Karena negosiasi perdagangan antara kedua negara masih terus berlangsung dan menunjukkan kemajuan. “Kami tidak akan sekadar mengirimkan surat kepada Kanada,” kata Duta Besar AS untuk Kanada, Pete Hoekstra. Perdana Menteri Kanada Mark Carney bahkan sebelumnya menyampaikan target untuk menyelesaikan kesepakatan perdagangan dengan AS sebelum 21 Juli. Apakah akan selesai tepat waktu? Kita tunggu saja.
Kebijakan tarif Trump ini memang selalu menjadi topik hangat yang memicu banyak reaksi. Dari ancaman keras hingga kesepakatan yang menguntungkan, langkah-langkah ini jelas akan membentuk lanskap perdagangan global di tahun 2025 dan seterusnya. Berbagai negara kini berada di persimpangan jalan, harus memilih antara menghadapi kenaikan tarif atau segera mencapai kesepakatan dengan AS. Bagaimana menurutmu, apakah kebijakan agresif ini akan berhasil membuat Amerika ‘hebat kembali’ atau malah memicu perang dagang yang lebih besar?
Yuk, bagikan pendapatmu di kolom komentar dan jangan lupa sebarkan artikel ini agar semakin banyak yang tahu tentang kebijakan ekonomi terbaru dari Donald Trump!









Leave a Comment