ASEAN Lamban, Ancaman Asing Intai Konflik Thailand-Kamboja

Admin Utama

July 26, 2025

4
Min Read

Asia Tenggara di Ambang Bahaya! Konflik Berdarah Thailand-Kamboja Jadi Magnet Kekuatan Asing, Indonesia dalam Tekanan untuk Bertindak Cepat

Geger! Ketegangan bersenjata antara Thailand dan Kamboja kini bukan lagi sekadar berita perbatasan biasa. Konflik berdarah yang terus memakan korban ini ternyata menyimpan ancaman laten yang jauh lebih besar: bisa jadi pintu gerbang bagi kekuatan asing raksasa untuk masuk dan mengobrak-abrik stabilitas Asia Tenggara! Kondisi yang dibiarkan berlarut-larut ini sungguh mengkhawatirkan dan bisa memicu intervensi yang tak diinginkan dari luar kawasan.

Pakar hubungan internasional terkemuka dari Universitas Padjadjaran dan President University, Teuku Rezasyah, melontarkan peringatan keras. Menurutnya, kelambanan ASEAN dalam merespons gejolak ini justru membuka celah lebar bagi campur tangan pihak luar. Bayangkan saja, Thailand sudah punya basis militer Amerika Serikat. “Ini yang kita khawatirkan. Pada saat ASEAN terlambat bertindak, kemudian kekuatan-kekuatan asing mulai berdatangan,” ujar Teuku kepada Tempo pada Jumat, 25 Juli 2025. Intervensi asing ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari pasokan senjata, dukungan diplomatik, hingga pengerahan pasukan langsung.

Situasi makin keruh karena Kamboja punya kedekatan spesial dengan Cina. Banyak proyek infrastruktur vital di Kamboja, termasuk jalur kereta api dan bangunan-bangunan megah, dibangun dengan modal dari Cina. “Kamboja itu sangat dekat dengan Cina. Pembangunan nasionalnya banyak sekali menggunakan modal Cina,” tambah Teuku, menjelaskan bagaimana hal ini bisa memperumit dinamika regional.

Indonesia Harus Desak Pertemuan Darurat dan Ambil Peran Krusial!

Di tengah pusaran konflik yang kian memanas, Indonesia dinilai memiliki peluang emas untuk menunjukkan taring diplomatiknya. Teuku Rezasyah menyarankan agar Indonesia, bersama Malaysia, segera berinisiatif menggelar pertemuan darurat para Menteri Luar Negeri ASEAN. “Mungkin sikapnya harus datang dengan ide yang bisa menjadikan pertemuan istimewa Menteri Luar Negeri ASEAN untuk menyikapi hal ini,” ucapnya.

Inisiatif ini tak sekadar menyerukan gencatan senjata, tetapi juga bisa mencakup pembentukan zona demiliterisasi sementara di wilayah perbatasan, serta mempertimbangkan kehadiran pasukan perdamaian. “Kalau kita bisa mendekati PBB, maka PBB bisa mengeluarkan suatu keputusan agar dikirim pasukan PBB di kawasan ini. Untuk itu, minta Indonesia mengorganisir di level ASEAN. Ini masih dimungkinkan,” tegas Teuku. Posisi Indonesia sangat strategis karena tidak memiliki kepentingan langsung dalam konflik ini. Selain itu, Teuku juga menekankan pentingnya melibatkan Prancis dalam perundingan, mengingat peta perbatasan yang disengketakan dibuat pada masa kolonial. “Untuk berunding itu harus melibatkan Prancis. Karena petanya adalah petanya dibuat oleh Prancis,” jelasnya. Bahkan, mengundang Uni Eropa dalam perundingan juga tidak ada salahnya, bukan untuk ikut campur, melainkan untuk membuka arsip-arsip lama yang relevan.

Konflik Bisa Melebar dan Menyeret Negara Lain!

Teuku tak memungkiri, konflik ThailandKamboja berisiko menjalar ke negara-negara Indocina lain seperti Vietnam, Laos, dan Myanmar. “Kalau saya perhatikan, statement dari pimpinan militer kedua negara, mereka itu sangat serius,” katanya. Bahkan, ada kekhawatiran Myanmar bisa memanfaatkan kekacauan ini untuk menarik keterlibatan Cina lebih dalam ke kawasan tersebut. Oleh karena itu, Indonesia juga perlu ekstra waspada terhadap potensi masuknya kekuatan besar, dengan meningkatkan pengawasan terhadap wilayah perairan dan selat strategisnya. “Kemudian, kita tidak memancing mereka untuk meningkatkan tingkat pertarungan tersebut,” imbuhnya.

Tragisnya, bentrokan bersenjata antara Thailand dan Kamboja yang pecah sejak Kamis, 24 Juli 2025, terus memakan korban jiwa. Hingga Sabtu, 26 Juli, sedikitnya 32 orang dilaporkan tewas, menurut data Al Jazeera. Kementerian Pertahanan Kamboja melaporkan tujuh warga sipil dan lima tentaranya gugur, termasuk satu korban yang tewas setelah roket Thailand menghantam pagoda tempat ia berlindung. Di pihak Thailand, 13 warga sipil dan enam tentara juga menjadi korban jiwa. Serangan dari Kamboja melukai sedikitnya 59 orang, terdiri dari 29 prajurit dan 30 warga sipil. Lebih dari 138 ribu warga Thailand telah dievakuasi dari wilayah perbatasan ke lebih dari 300 pusat pengungsian, sementara lebih dari 20 ribu penduduk Kamboja di Provinsi Preah Vihear meninggalkan rumah mereka. Pemerintah Thailand sendiri telah menetapkan status darurat militer di delapan distrik perbatasan sejak Jumat.

Jadi, jelas bahwa ketegangan perbatasan antara Thailand dan Kamboja ini jauh dari sekadar konflik lokal. Ini adalah peringatan keras bagi stabilitas Asia Tenggara secara keseluruhan, berpotensi menyeret kekuatan-kekuatan global ke dalam pusaran konflik. Indonesia punya peran kunci untuk mencegah skenario terburuk ini terjadi.

Apa pendapat Anda tentang krisis ini? Seberapa penting Indonesia mengambil peran aktif? Yuk, bagikan pandangan Anda di kolom komentar dan sebarkan artikel ini agar lebih banyak orang memahami urgensi masalah ini!

Leave a Comment

Related Post