Siapa sangka, di balik damainya ketegangan perbatasan antara Kamboja dan Thailand, tersimpan rahasia besar yang baru saja dibongkar oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim? Jangan kaget, ternyata dua raksasa dunia, Amerika Serikat dan China, punya peran tak terduga yang sangat krusial! Ini bukan sekadar diplomasi biasa, melainkan bukti nyata bahwa bahkan konflik regional pun bisa melibatkan campur tangan global.
Dalam pidato kebijakan yang menggemparkan di Sekretariat ASEAN Jakarta, Anwar Ibrahim tanpa tedeng aling-aling mengakui bahwa tanpa keterlibatan aktif dari Washington dan Beijing, gencatan senjata yang sukses itu mungkin takkan pernah terjadi. “Dengan partisipasi Amerika Serikat dan Presiden Donald Trump yang terlibat langsung berbicara dengan kedua perdana menteri, hal itu tentu mendorong dan membantu memfasilitasi kesepakatan tersebut. Dan kemudian China, dengan partisipasi aktif mereka, juga membantu memfasilitasi kedua pihak untuk menyepakati gencatan senjata segera dan tanpa syarat,” jelas Anwar, mengungkap fakta mengejutkan pada Selasa (29/7).
Menurut Anwar, fenomena ini adalah sinyal kuat tentang betapa vitalnya diplomasi ASEAN dalam meredam gejolak di kawasan. Ini bukan cuma soal ASEAN sebagai “tuan rumah” perundingan, tapi juga tentang bagaimana puluhan tahun kerja sama konstruktif dengan mitra-mitra global akhirnya membuahkan hasil, menjaga stabilitas kawasan yang sangat berharga.
Tak hanya itu, Anwar juga menyoroti peran strategis Malaysia sebagai Ketua ASEAN 2025. Merekalah yang sukses memfasilitasi pertemuan penting antara Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Plt Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai, di saat ketegangan di perbatasan sedang memuncak. Keberhasilan ini, lanjut Anwar, membuktikan bahwa komitmen ASEAN terhadap dialog dan kerja sama bukan sekadar retorika belaka.
Anwar menegaskan kembali, “Kehadiran dan kerja sama semua pihak menegaskan bahwa perdamaian paling baik dicapai melalui dialog, saling menghormati, dan komitmen bersama untuk menjaga stabilitas.” Sebuah pesan kuat di tengah dunia yang makin penuh gejolak.
Anwar tak lupa melayangkan pujian setinggi langit kepada para pemimpin yang terlibat. Sikap kenegarawanan Perdana Menteri Hun Manet dari Kamboja dan Pelaksana PM Phumtham dari Thailand patut diacungi jempol. Tak ketinggalan, ia juga memuji Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping atas campur tangan konstruktif mereka yang berhasil meredam panasnya konflik perbatasan.
Namun, di balik euforia keberhasilan ini, Anwar memberi peringatan keras: ASEAN wajib memegang teguh prinsip sentralitas, persatuan, dan kemandirian! Di tengah dunia yang makin terpecah belah, ASEAN tak boleh goyah. Kekuatan diplomasi harus terus jadi senjata utama untuk mendorong dialog, membangun kepercayaan strategis, dan memupuk kerja sama yang benar-benar bermakna.
Memang, setelah gencatan senjata disepakati di Malaysia, ada sedikit drama. Tak sampai 24 jam, sempat muncul kabar Thailand menuduh Kamboja melanggar kesepakatan dengan melepaskan tembakan. Tapi tenang, Anwar menjamin insiden itu sudah beres! “Ada bentrokan kecil yang telah diselesaikan ketika para komandan bertemu. Saya mendapatkan informasi terbaru. Saya dan Presiden Prabowo meminta untuk berbicara dengan kedua perdana menteri. [Masalahnya] sudah selesai,” tegas Anwar, memastikan bahwa semua terkendali dan perdamaian tetap terjaga.
Jadi, siapa bilang masalah regional hanya bisa diurus oleh regional? Kisah gencatan senjata Kamboja-Thailand ini adalah bukti nyata bagaimana campur tangan kekuatan global seperti Amerika Serikat dan China bisa mengubah jalannya sejarah, berkat kemampuan diplomasi ASEAN yang luar biasa. Ini adalah kemenangan untuk dialog, kerja sama, dan visi ASEAN yang mandiri. Sebuah pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga stabilitas kawasan. Bagaimana menurutmu, apakah ini pertanda baik untuk masa depan diplomasi di Asia Tenggara? Bagikan pendapatmu di kolom komentar dan jangan lupa bagikan artikel ini agar lebih banyak orang tahu fakta menarik ini!
Leave a Comment