Aktif Bikin Film Pendek, Geliat Warga Tegal Bangun Desa Sinema

Admin Utama

July 28, 2025

3
Min Read

Sains Indonesia – , Jakarta – Warga Desa Kepunduhan di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, aktif berkreasi membuat film-film pendek. Sejumlah karya dan sineas dari Desa Sinematografi itu langganan meraih penghargaan di ajang festival lokal dan nasional. “Prosesi menuju masyarakat kreatif ini inisiatornya dari warga,” kata Firdaus Azwar Ersyad, dosen program studi seni rupa Fakultas Industri Kreatif Telkom University Bandung kepada Tempo, Jumat 25 Juli 2025.

Pilihan Editor: Tantangan Film Pendek Berbahasa Lokal

Azwar meneliti aktivitas warga pembuat film itu sejak 2023 hingga Maret 2025 hingga meraih gelar doktor di Universitas Negeri Semarang. Hasil risetnya menjadi bahan disertasi berjudul Transformasi Sosial Budaya Melalui Kreativitas Sinematografi di Desa Sinema Kepunduhan Kabupaten Tegal.

Desa Sinema Produksi Film Pendek

Menurutnya, Desa Sinema dirintis sejak 2013 oleh Sumarjo alias Marjo Klengkam Sulam yang berpengalaman di bagian tata artistik dalam industri film. Sewaktu pulang kampung, dia mengawalinya bersama warga lewat kesenian teater kemudian beralih ke film. Karya sinema perdananya tentang sosialisasi program pemerintah daerah, lalu garapan film lainnya untuk ajang festival yang produksinya mulai gencar pada 2018. “Karya mereka termasuk kategori film pendek yang berdurasi 15-25 menit,” ujar Azwar.

Film Krenteg pada ajang Festival Film Tegal 2019, memborong penghargaan terpilih untuk sutradara Marjo Klengkam Sulam, poster film, film terfavorit, aktris Rita Riyani, dan actor Ghieffari Ardiansyah. Kisahnya mengadaptasi cerita pendek berjudul Berangkat karangan Akhmad Sekhu berdasarkan kisah nyata di Desa Jatibogor, Tegal. Sebuah film lain yang diproduksi Desa Sinema Kepunduhan berjudul Kentheng, terpilih sebagai film fiksi kategori umum.

Di festival serupa pada 2021, film Brangasan memenangkan kategori film terpilih, sutradara, serta poster. Sementara pada 2022 giliran film Sumirah menyabet dua gelar yaitu ide cerita dan sutradara terbaik kategori umum. Sedangkan film pendek berjudul Tegar meraih juara pertama di kelompok informasi masyarakat se-Jawa Tengah. Kemudian karya film berjudul Tabah disertakan di Festival Film Tegal 2023.

Libatkan Pemain Asli Tegal

Selain kisahnya yang lokal, bahasa dan dialek para pemain dalam film juga asli Tegal. Total sejak 2013 menurut Azwar, Desa Sinema Kepunduhan telah memproduksi 20-an film. Di sela pembuatan film yang sekitar dua judul per tahun, mereka juga membuat selingan video untuk konten di media sosial dengan gaya humor.

Desa Sinema Kepunduhan menurut Azwar menjadi wadah kreativitas dan ekspresi warga berkesenian. Dari semula 25 orang, kini melibatkan 125 warga sebagai kru film maupun pemain. Tidak hanya dari Kepunduhan, warga desa sekitarnya juga ikut bergabung. Meskipun dampak ekonominya dari film tidak dirasakan secara langsung oleh komunitas kata Azwar, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki anggota bisa menghasilkan pendapatan seperti dari pembuatan profil lembaga atau mendokumentasikan acara hajatan.

Legalitas Desa Sinema yang berbentuk yayasan sejak 2019, memungkinkan mereka untuk menerima dana bantuan dari pemerintah. Walau begitu menurut Azwar, mayoritas biaya produksi filmnya hasil swadaya. “Saya prosentasekan hampir 80 persen, dari patungan juga kas dari penghargaan festival,” katanya. Biaya produksi film per judulnya berkisar antara Rp 15-20 juta.

Kini Kepunduhan juga dinobatkan sebagai Desa Bangga Budaya oleh pemerintah daerah Kabupaten Tegal dengan apresiasi berupa anggaran kurang lebih Rp 100 juta pada 2024. Selain terus membuat film kata Azwar, komunitas telah mengembangkan tempatnya sebagai lokasi wisata edukasi sinema sehingga program kegiatannya semakin variatif.

Pilihan Editor: Sensasi Menonton Film Alternatif di Bioskop Mini

Leave a Comment

Related Post